Tuesday 31 July 2012

Liefen Swert


[Liefen Swert]
Name : Liefen Swert
Gender : Perempuan
Age : 16
Personification of: Liechtenstein

Personality Information

Visualisasi :
 Kobato Hanato - Kobato
Deskripsi Penampilan : Rambut panjang coklat kemerahan dengan warna mata senada. Pakaian selalu rok, dan sering bersama boneka anjing berwarna biru kesayangannya.
Sifat : Feminin. Keibuan. Tidak bisa memasak. Hobi menjahit. Suka bunga. Sensitif.

Keterangan: Anak dari UlquiHime





BIODATA KARAKTER
NEW INDONESIAN DURMSTRANG

I. DATA PRIBADI

Nama Lengkap: Liefen Swert
Nama Panggilan: Swert (everyone), Liefen (friends), Lief (Parents).
Status Darah: Pureblood
Kebangsaan: Jerman
Domisili: Berlin
Tempat, tanggal Lahir: Berlin, 14 December 1960
Asrama: Nostresiel
Tongkat Sihir: Vine. 25 cm. Pecahan kuku Sphinx.
Sapu Terbang: -
Peliharaan: -

II. CIRI-CIRI / PENAMPILAN

Mata: light blue
Rambut: light brown
Berat: secret
Tinggi: 143 cm
Warna Kulit: putih susu
Ciri lain: -

III. KEPRIBADIAN

Kepribadian: Terbuka. Polos. Tidak bisa bohong.
Hobi: Main di luar ruangan. Jalan-jalan sore. Mendengarkan suara alam seperti kicau burung atau gemericik air.
Fobia: -
Kebiasaan: Membawa foto mendiang ayahnya kemana-mana. Berbicara dengan foto itu. Cepat terbiasa dan mudah beradaptasi dengan lingkungan (bukan dengan orang).
Kelebihan: Memiliki empati dan pengertian serta sabar.
Kekurangan: Tidak pandai belajar. Agak lamban berpikir.

IV. KELUARGA DAN LATAR BELAKANG

Nama Ayah: Ulrick Swert (real name: Ulrich von Ritter)
Nama Ibu: Odilia Swert (nee: Hertz)
Saudara kandung (jumlah): none
Anggota Keluarga yang Lain: none
Latar Belakang: Ulrick Swert adalah penyihir biasa (animagus tak terdaftar) yang memiliki kepedulian terhadap politik di dunia sihir. Di usia mudanya ia menghabiskan waktu berkecimpung di dunia itu bahkan setelah ia bertemu Odilia, anak dari pemilik Bar yang menjadi tempat penukaran informasi kelompoknya. Tak lama setelah anak mereka lahir, Ulrick memutuskan meninggalkan mereka terkait keselamatan anak-istrinya. Odilia menolak keputusan, namun akhirnya menuruti amanah suaminya.

V. LAIN-LAIN

Keterangan Lain: Liefen tidak tahu sama sekali tentang Ulrick yang (mungkin) masih hidup.

Figlia Hercegsdottir



BIODATA KARAKTER
NEW INDONESIAN DURMSTRANG


I. DATA PRIBADI

Nama Lengkap: Figlia Hercegsdottir
Nama Panggilan: Figlia (Everyone) Princessa (Nenek pelayan) Litla (FaĆ°ir) Fi (Madre)
Status Darah: Pureblood
Kebangsaan: Icelandic
Domisili: Hrauney Island, Iceland
Tempat, tanggal Lahir: Hrauney Island, 9th June 1960
Asrama: Morksvart
Tongkat Sihir: Spindle. Inti gerusan kuku Lethifold. 26 cm.
Sapu Terbang: -
Peliharaan: Dalv (plover)

II. CIRI-CIRI / PENAMPILAN

Mata: Light Blue
Rambut: Auburn-long hair
Berat: secret
Tinggi: 140 cm
Warna Kulit: Pale white
Ciri lain:

III. KEPRIBADIAN

Kepribadian: Taat perarturan jika sesuai keinginannya. Merasa orang yang kasar itu bodoh. Tipe menganalisa. Merasa lebih tinggi dibanding orang lain.
Hobi: Membaca buku, menikmati Tea Time, dan mengamati
Fobia: Kendaraan, darah atau segala sesuatu yang kotor (termasuk darah-campuran)
Kebiasaan: Menghabiskan waktu dengan membaca.
Kelebihan: Teguh pendirian. Mau mencoba sesuatu jika memang diniatkan tidak peduli resiko ataupun pendapat orang.
Kekurangan: Egois cukup besar karena terbiasa dilayani dan berlaku semaunya. Tubuh lemah karena tidak pernah melakukan perjalanan panjang. Sukar mengingat wajah orang karena dia jarang bertemu banyak orang dalam sekali waktu.

IV. KELUARGA DAN LATAR BELAKANG

Nama Ayah: Herceg Konungursson (meninggal)
Alumni Durmstrang. Rensjarm. Pureblood. Putra dari istri simpanan pensiunan pegawai Kementrian Sihir.
Lahir ketika ayahnya berumur 51 dan ibunya masih belia. Sepeninggalan si ayah, dia menerima warisan dalam jumlah besar begitu juga kecaman dari keluarga ayahnya. Tidak dianggap bagian keluarga mereka. Akhirnya pergi menjauh dari pertikaian keluarga tersebut bersama ibunya di Hrauney Island. Setelahnya tak pernah lagi berhubungan dari keluarga pihak ayah.

Nama Ibu: Ragazza Di Maggio (meninggal)
Alumni Hogwarts. Ravenclaw. Pureblood. Putri pertama salah seorang Mafia Italia.
Tumbuh di lingkungan mafia dan bersekolah di Hogwarts membuatnya bisa melihat bahwa usaha yang dilakukan ayahnya adalah pekerjaan kotor. Selepas mengecam pendidikan sihir, dia kabur ke Iceland yang jauh dari jangkauan keluarga.

Saudara kandung (jumlah): none
Anggota Keluarga yang Lain: none

Latar Belakang: Herceg dan Ragazza bertemu di suatu pesta pernikahan teman mereka. Setelah saling mengenal dan tertarik, keduanya memutuskan menikah. Herceg yang selalu dipingit keluarga ayahnya mendidik Figlia supaya tidak pernah tunduk pada orang. Ragazza yang sering melihat korban perbuatan ayahnya (kebanyakan muggle dan halfblood) mengingatkannya untuk tidak berhubungan dengan keturunan mereka tanpa mengatakan alasannya yaitu karena takut ada yang balas dendam atas perbuatan keluarganya dulu. Memiliki buah hati selama 6 tahun membuat mereka lupa pada konflik keluarga masing-masing. Sehingga keduanya tidak cukup tangguh ketika diserang mendadak oleh keluarga Ragazza yang memaksa kembali ke jalan kotor. Herceg dan Ragazza dibunuh didepan mata Figlia yang lalu ingatannya disihir oleh nenek pelayan sesuai wasiat majikannya.

V. LAIN-LAIN

Keterangan Lain: Kehilangan ingatan mengenai peristiwa pembunuhan orangtuanya. 

Monday 30 July 2012

Isabella Owen




• Status Darah : Halfblood
• Jenis kelamin : Perempuan
• Usia Karakter : 11
• Tanggal/Tempat Lahir : Bradford, 25 September 1986
• Ciri Fisik : Blue eyes, Blonde Long Hair.
• Tinggi/Berat Badan : 140 cm/ 28 kg
• Tambahan : don't know anything about magic world coz she raised as a muggle

Thursday 21 June 2012

Twilight

Kaki gadis kecil dengan rambut coklat bergelombang panjang ini berjalan ke arah kakak pertamanya yang sedang menghadap laptop di meja depan ranjang. Menuliskan untuk challenge yang hendak diikuti Ibu. Dia menarik ujung baju kakaknya untuk meminta perhatian, "Kak."

Wajah Asia kakaknya teralih dari layar Laptop. Dia bertanya, "Ya? Kenapa, Fi?"

"Vlad(ku) mau datang sebentar lagi."

Singkat, padat, jelas, adik kecilnya itu mengutarakan tamu akan datang ke rumah mereka ini. Spontan, gadis berparas Asia itu kaget. Sebelumnya tidak pernah pasangan adik-adiknya datang ke rumah mereka. Tapi tidak mungkin adiknya ini bohong sehingga dia menutup laptop lalu memberi perintah pada adiknya itu, "Panggil Firenzigo di dapur suruh ke sini. Setelah Isabella selesai mandi, bantu dia keringkan rambutnya. Liefen, Liefen, ada di belakang sepertinya, suruh ke sini juga."

Tanpa bertanya, si adik segera menuju tempat yang diberitahukan sementara kakaknya ini kebingungan membuka lemari dan berganti pakaian lalu duduk di depan kaca ketika Firenzigo datang sambil membawa piring pasta yang masih dimakannya.

"Kakak manggil?" Tanyanya setelah menelan kunyahan pasta. "Kenapa? Bukannya tadi kakak lagi nulis dan ga mau diganggu?"

"Ganti baju, Go," tanpa melirik si adik dan memakai bedak-lipstik dengan cepat, "Vlad mau datang, kakak saja jadi berhenti nulis."

Hanya pandangan heran yang diberikan, "Vlad? Yang mana kak? Pacar Kak Lugo atau Figlia?"

"Figlia, Figlia," dengan tidak sabar Ryuna menyingkirkan piring pasta Firenzigo, dia menunjuk ke arah wastafel, "Cuci muka, cepet."

Meski masih heran karena belum pernah dilihatnya kakak pertamanya ini tampak tergesa-gesa seperti ini, dia tetap melakukan yang disuruh. Ryuna menaruh piring pasta itu di dapur, dia memanggil, "Bell? Sudah selesai?" ke arah kamar mandi. Dari dalam kamar tak jauh dari sana, terbuka dan menjawab, "Sudah kak, Figlia lagi bantu nyisir."

"Liefen?" Panggilnya. Mencari adiknya. Tidak ada jawaban. Sambil mencari, dia mengecek sekali lagi kondisi ruang tamu dan menyiapkan snack kecil diatas meja tamu. Liefen masih tidak terlihat. Dia pun menuju ruangan istirahat tadi tempat biasanya mereke berkumpul. Barulah dia menemukan Firenzigo sudah bersama Liefen di atas ranjang mengelilingi adik cowoknya yang satu lagi.

"Kak Lugo ga mau bangun, Kak," lapor Liefen. Ryuna menghela nafas, "Ya sudahlah, tidak apa. Jangan dipaksa."

Disaat itu, Isabella dan Figlia masuk. "Semuanya nyambut?" Isabella bertanya. Ryuna menggeleng, "Lugo mungkin tidak. Kita saja. Kapan dia datang. Fi?"

Dan bel rumah pun berbunyi.

"Sudah datang," jawab Figlia. Segera semuanya menuju ruang tamu. Berdiri berderet di belakang Ryuna yang akan membuka pintu. Selain Figlia, semuanya menunjukkan rasa penasaran yang sama begitu pintu dibuka.

"Selamat Datang," serempak mereka ucapkan.

Monday 28 May 2012

Fratello...

"Anak baru?"

Tidak hanya Ryuna, tetapi suara kaget yang sama juga keluar dari Luciazigo, Firenzigo, dan Isabella. Figlia hanya mengangguk pelan menatap para kakak-kakaknya sebelum dia menyingkir dari pintu yang terbuka lalu membawa sosok baru ke hadapan mereka.

"Halo~~," nada serta senyum ceria menyapa. Firenzigo maju dan memeluknya, "Ciao, sorellina~."

"Bruder~," balas remaja perempuan berambut panjang sepinggang itu balas memeluk. Meninggalkan kebingungan para saudara lainnya yang melihat meski mereka semua sudah bisa tahu bahwa adik bungsu mereka ini jelas mengambil sifat Firenzigo.

Figlia menjelaskan pada kakak-kakaknya, "Namanya Liefen Swert." lalu kesemuanya langsung mengerti arti nama itu. Mereka hanya tersenyum satu sama lain sebelum akhirnya mengajak si adik paling kecil itu ke meja makan dan menjamunya. Di saat semua sedang sibuk bertanya-tanya pada Liefen, Figlia hanya diam menatap kosong pada depannya.

Luciazigo menyadari itu, "Kenapa, Fi?"

"Kakak," ia menghela nafas, "Aku tidak suka disana..."

Air muka yang redup itu membuat tangan Luciazigo terangkat dan membelai kepala adik yang mirip dengannya itu. "Kenapa?"

"Capek..." air mata jatuh di pipinya. Sang kakak simpati, dia menghapus air mata si adik lalu memindahkan tubuh adiknya untuk duduk di pangkuannya sekarang. Tak pernah ada sebuah kepura-puraan diantara persaudaraan mereka. Figlia tak perlu memakai topeng kuatnya, tak perlu mengatur kata-kata agar tidak dicela, tak perlu khawatir direndahkan. Ia mengalungkan kedua tangan di leher Luciazigo, lalu meletakkan kepala di bahunya.

Tangisannya begitu pelan sehingga hanya Luciazigo yang mendengar. Alis Luciazigo mengerut ke atas. Dia mencium pipi adiknya pelan, lembut, dan agak lama sambil membelai-belai rambut coklat bergelombang Figlia.

Dibanding semua saudara dari Ibu yang sama ini, hanya Luciazigo yang mengerti betapa berat dan menderitanya Figlia. Karena dibandingkan dengan yang lain, hanya Luciazigo dan Figlia yang memiliki karakter berbeda. Ryuna memang sama pendiam ataupun introvert seperti mereka, tetapi dia memiliki kesabaran tinggi dan dibuat tetap baik hati. Firenzigo dan Liefen mempunyai sifat ceria serta terbuka. Keduanya tak memiliki beban pemikiran sendiri. Isabella masih kecil dan dia pandai menyesuaikan diri.

Tetapi Luciazigo dan Figlia dibuat sebagai karakter kuat di penampilan luar meski inti dari karakterisasi mereka masih sama dengan saudara lainnya. Lembut. Tak  bisa dikasari.

Mereka harus menyembunyikan sisi lemah mereka dan bersikap tak ada apa-apa. Tak bisa terbuka seperti keempat saudara lainnya. Dan itu sangat susah mengingat inti karakter mereka tetap sama. Mereka sama seperti Ryuna, Firenzigo, Isabella, dan Liefen. Mudah terlukai dari kata-kata kasar. Isinya mereka sama lemah. Susah bagi mereka berhadapan dengan karakter kuat lain begitu keluar dari ruangan ini. Tempat dimana mereka menghabiskan waktu jika salah satu dipakai.

Tuesday 15 May 2012

Choice

Mereka semua duduk mengelilingi meja.

"Jadi bagaimana?" Ryuna yang kini memangku seorang gadis kecil berambut coklat bermata biru dan menjadi tempat sandaran gadis kecil lain yang berambut pirang tampak kebosanan, bertanya pada saudara laki-lakinya. 

"Keputusannya masih sabtu ini," jawab Luciazigo. Dia menopang kepalanya dengan kepalan tangan.

Sementara Firenzigo memberi isyarat tangan pada gadis kecil berambut pirang untuk duduk di pangkuannya. Begitu dia sudah di pangkuan, Firenzigo ikut menimpali, "Apanya?"

"Itu soal pria yang kemarin menyatakan cinta kepada Lugo," jelas Ryuna.

"Vladislav? Kan mereka sudah pacaran?"

"Bukan, ada yang baru."

Senyum terkembang, Firenzigo menatap Luciazigo tidak percaya, "Serius? Wuaaah, kereeeen!!"

"Tidak keren, Figo," Luciazigo menggeleng-geleng lalu menghela nafas. "Pusing."

Ryuna ikut menggelengkan kepala. Situasinya rumit. Kekasih Luciazigo pergi dan tak ada kabar lagi. Di saat begitu muncul pria lain yang mengaku akan menyerahkan seluruh cintanya pada Luciazigo. Bahkan tak bisa dipastikan kapan dia akan kembali dan itu membuat Ibu mempertimbangkan pria baru itu. 

Sejak awal, Ibu tidak mau Luciazigo dengan kekasihnya yang sekarang. Karena sudah diketahui dia akan pergi. Tapi, terjadi begitu saja. Ibu juga mau bilang apa. Ryuna memandangi kedua adik laki-lakinya yang berbeda itu. Jika Firenzigo melewati setahun hanya dengan mencintai 1 pria. Luciazigo kebalikannya. Dalam 1 tahun, ini tawaran kelima untuk berpasangan dengannya tapi tidak ada yang bertahan lama. 

"Ibu juga mau menjodohkanku dengan Vlad," ucap gadis kecil di pangkuan Ryuna tiba-tiba. Membuat kaget kedua abangnya.

"Benarkah?!" Mereka bertanya bersamaan. 

"Ibu melahirkanku karena dia melihat nama kekasih kakak di dunia sihir," jelasnya, "Namaku sendiri pakai bahasa daerah kakak dan sifatku tidak jauh beda dengan kakak."

Luciazigo tersenyum teduh, "Tapi, Figlia sangat cantik."

Ryuna pun membelai rambut coklat Figlia, dia berkata, "Mungkin awalnya begitu, tapi Figlia adalah Figlia. Semirip apapun dengan Kak Luciazigo, Figlia tetap Figlia."

Senyum tipis hadir mendengar kedua kakak tertua membesarkan hatinya. Sementara pertanyaan lain mengarah pada Figlia dari Isabella. Gadis kecil berambut pirang. "Apa mereka sama?"

"Nama keluarga mereka sama. Tapi nama depan berbeda. Namanya Vladimir. Cara bicara di Shoutbox hampir sama. Ibu sudah bertanya langsung padanya soal Vladislav, tapi dia hanya menjawab tidak tahu."

"Memang kalau mereka sama," Firenzigo masih tak mengerti, "kenapa?"

Ryuna, Luciazigo, dan Figlia terdiam. Hanya Isabella yang menjawab, "Kalau mereka orang yang sama,   Kak Lugo akan dibuat Ibu bersama yang baru."

"Masalahnya bukan itu," potong Ryuna, "baik Vladislav ataupun Nathaniel, keduanya mengaku begitu cinta terhadap Lugo. Ibu hanya ingin melihat siapa yang di samping Lugo ulang tahunnya sabtu ini. Sekalipun Vladislav cuti, ini ulang tahun kekasihnya. Jika dia memang suka, dia akan datang. Jika tidak..."

Semuanya terdiam memahami kelanjutan kata-kata Ryuna. 

Tuesday 14 February 2012

Tears of Time

Suara tangisan itu terdengar dari balik selimut. Membuat ranjang bergetar sesuai isakannya. Bukan pertama kalinya ini terjadi dan sementara si pemilik isakan menutupi wajah sambil berbaring, di kedua sisinya duduk dengan wajah letih yang sama.

Kedua kakaknya. 

Rambut hitam yang sama menanungi air muka sedih memandang tertunduk kepada adik mereka. Keduanya tak bisa berkata apa-apa. Menghibur, tak berguna. Menenangkan, tak bisa. Karena berbagi ranjang yang sama berarti mereka membagi perasaan yang sama, terlebih mereka tinggal dalam ruangan yang sama. 

Yang paling muda, baru 4 bulan menjalani pernikahan tanpa bertemu dengan kekasihnya. Firenzigo terisak tak bisa menahan kesedihan. Malam ini...tak terhitung sudah keberapa hanya dihiasi tangisannya. Kondisi yang tak bisa mereka kendalikan untuk diperbaiki mengingat mereka hanyalah boneka yang dimainkan. Hanya salah satu bagian jiwa dari puppet master yang mereka panggil "Ibu". 

Perlahan, air mata menetes di pipi gadis berwajah Asia...Yang tertua, anak pertama. Ryuna. 

Ia, seperti biasa, mendekati adiknya. Menyibakkan selimut dan ikut berbaring menatap raut wajah yang tak terkatakan perihnya hati terpisah dari belahan jiwa. Tangan kecilnya membelai rambut coklat itu. Membiarkan air matanya terus mengalir tanpa terhapus. Pandangan dari mata kecoklatan adiknya tidak melihat Ryuna yang menatapnya. Melainkan memperlihatkan bagaimana kenangannya selama ini bersama orang yang baru mengikat janji dengannya. 

Ryuna mencium kening adiknya. Merangkul ke dalam pelukan hangat. Bahkan bibirnya tak sanggup berkata,"Tak apa-apa, semuanya baik-baik saja." sekalipun itu hanya ucapan belaka. Tak lagi mempunyai harapan itu bisa menjadi doa. 

Telah lama adiknya ditidurkan. Ryuna bersama adik keduanya, Luciazigo, berusaha selalu menidurkan Firenzigo. Menjaga agar ia tidak terjaga. Tidak perlu menghadapi kenyataan pahit tak bisa bertemu pasangannya. Mereka tahu pasti Firenzigo tak akan tahan. Namun, tak semuanya sesuai harapan. Ia tersadar, teah bertemu pasangannya namun tak seperti biasa. Kembali ke kamar ini berlinangan air mata, menghabiskan waktu hanya dengan menatap kosong diselingi tangisan. Seratus hari lewat tanpa senyuman. Satu kata pun tak lagi keluar. Entah masih adakah suara tertinggal di sana?

Menyalahkan masa lalu tak berguna, tak akan mengubah apa-apa. Menyalahkan Ibu hanya memanjangkan permasalahan, tak bisa mengubah keadaan. Sekarang waktu tak kunjung juga bersahabat. Membiarkan kesedihan meninggalkan aroma penyesalan tak berkesudahan. 

Luciazigo merapatkan diri dekat kedua saudaranya. Memeluk mereka lembut setelah sebelumnya mencium kening keduanya. 

Dan mereka hanya bisa menunggu wangi yang ditebar kesedihan akan pergi...

Mungkin.