Monday 28 May 2012

Fratello...

"Anak baru?"

Tidak hanya Ryuna, tetapi suara kaget yang sama juga keluar dari Luciazigo, Firenzigo, dan Isabella. Figlia hanya mengangguk pelan menatap para kakak-kakaknya sebelum dia menyingkir dari pintu yang terbuka lalu membawa sosok baru ke hadapan mereka.

"Halo~~," nada serta senyum ceria menyapa. Firenzigo maju dan memeluknya, "Ciao, sorellina~."

"Bruder~," balas remaja perempuan berambut panjang sepinggang itu balas memeluk. Meninggalkan kebingungan para saudara lainnya yang melihat meski mereka semua sudah bisa tahu bahwa adik bungsu mereka ini jelas mengambil sifat Firenzigo.

Figlia menjelaskan pada kakak-kakaknya, "Namanya Liefen Swert." lalu kesemuanya langsung mengerti arti nama itu. Mereka hanya tersenyum satu sama lain sebelum akhirnya mengajak si adik paling kecil itu ke meja makan dan menjamunya. Di saat semua sedang sibuk bertanya-tanya pada Liefen, Figlia hanya diam menatap kosong pada depannya.

Luciazigo menyadari itu, "Kenapa, Fi?"

"Kakak," ia menghela nafas, "Aku tidak suka disana..."

Air muka yang redup itu membuat tangan Luciazigo terangkat dan membelai kepala adik yang mirip dengannya itu. "Kenapa?"

"Capek..." air mata jatuh di pipinya. Sang kakak simpati, dia menghapus air mata si adik lalu memindahkan tubuh adiknya untuk duduk di pangkuannya sekarang. Tak pernah ada sebuah kepura-puraan diantara persaudaraan mereka. Figlia tak perlu memakai topeng kuatnya, tak perlu mengatur kata-kata agar tidak dicela, tak perlu khawatir direndahkan. Ia mengalungkan kedua tangan di leher Luciazigo, lalu meletakkan kepala di bahunya.

Tangisannya begitu pelan sehingga hanya Luciazigo yang mendengar. Alis Luciazigo mengerut ke atas. Dia mencium pipi adiknya pelan, lembut, dan agak lama sambil membelai-belai rambut coklat bergelombang Figlia.

Dibanding semua saudara dari Ibu yang sama ini, hanya Luciazigo yang mengerti betapa berat dan menderitanya Figlia. Karena dibandingkan dengan yang lain, hanya Luciazigo dan Figlia yang memiliki karakter berbeda. Ryuna memang sama pendiam ataupun introvert seperti mereka, tetapi dia memiliki kesabaran tinggi dan dibuat tetap baik hati. Firenzigo dan Liefen mempunyai sifat ceria serta terbuka. Keduanya tak memiliki beban pemikiran sendiri. Isabella masih kecil dan dia pandai menyesuaikan diri.

Tetapi Luciazigo dan Figlia dibuat sebagai karakter kuat di penampilan luar meski inti dari karakterisasi mereka masih sama dengan saudara lainnya. Lembut. Tak  bisa dikasari.

Mereka harus menyembunyikan sisi lemah mereka dan bersikap tak ada apa-apa. Tak bisa terbuka seperti keempat saudara lainnya. Dan itu sangat susah mengingat inti karakter mereka tetap sama. Mereka sama seperti Ryuna, Firenzigo, Isabella, dan Liefen. Mudah terlukai dari kata-kata kasar. Isinya mereka sama lemah. Susah bagi mereka berhadapan dengan karakter kuat lain begitu keluar dari ruangan ini. Tempat dimana mereka menghabiskan waktu jika salah satu dipakai.

Tuesday 15 May 2012

Choice

Mereka semua duduk mengelilingi meja.

"Jadi bagaimana?" Ryuna yang kini memangku seorang gadis kecil berambut coklat bermata biru dan menjadi tempat sandaran gadis kecil lain yang berambut pirang tampak kebosanan, bertanya pada saudara laki-lakinya. 

"Keputusannya masih sabtu ini," jawab Luciazigo. Dia menopang kepalanya dengan kepalan tangan.

Sementara Firenzigo memberi isyarat tangan pada gadis kecil berambut pirang untuk duduk di pangkuannya. Begitu dia sudah di pangkuan, Firenzigo ikut menimpali, "Apanya?"

"Itu soal pria yang kemarin menyatakan cinta kepada Lugo," jelas Ryuna.

"Vladislav? Kan mereka sudah pacaran?"

"Bukan, ada yang baru."

Senyum terkembang, Firenzigo menatap Luciazigo tidak percaya, "Serius? Wuaaah, kereeeen!!"

"Tidak keren, Figo," Luciazigo menggeleng-geleng lalu menghela nafas. "Pusing."

Ryuna ikut menggelengkan kepala. Situasinya rumit. Kekasih Luciazigo pergi dan tak ada kabar lagi. Di saat begitu muncul pria lain yang mengaku akan menyerahkan seluruh cintanya pada Luciazigo. Bahkan tak bisa dipastikan kapan dia akan kembali dan itu membuat Ibu mempertimbangkan pria baru itu. 

Sejak awal, Ibu tidak mau Luciazigo dengan kekasihnya yang sekarang. Karena sudah diketahui dia akan pergi. Tapi, terjadi begitu saja. Ibu juga mau bilang apa. Ryuna memandangi kedua adik laki-lakinya yang berbeda itu. Jika Firenzigo melewati setahun hanya dengan mencintai 1 pria. Luciazigo kebalikannya. Dalam 1 tahun, ini tawaran kelima untuk berpasangan dengannya tapi tidak ada yang bertahan lama. 

"Ibu juga mau menjodohkanku dengan Vlad," ucap gadis kecil di pangkuan Ryuna tiba-tiba. Membuat kaget kedua abangnya.

"Benarkah?!" Mereka bertanya bersamaan. 

"Ibu melahirkanku karena dia melihat nama kekasih kakak di dunia sihir," jelasnya, "Namaku sendiri pakai bahasa daerah kakak dan sifatku tidak jauh beda dengan kakak."

Luciazigo tersenyum teduh, "Tapi, Figlia sangat cantik."

Ryuna pun membelai rambut coklat Figlia, dia berkata, "Mungkin awalnya begitu, tapi Figlia adalah Figlia. Semirip apapun dengan Kak Luciazigo, Figlia tetap Figlia."

Senyum tipis hadir mendengar kedua kakak tertua membesarkan hatinya. Sementara pertanyaan lain mengarah pada Figlia dari Isabella. Gadis kecil berambut pirang. "Apa mereka sama?"

"Nama keluarga mereka sama. Tapi nama depan berbeda. Namanya Vladimir. Cara bicara di Shoutbox hampir sama. Ibu sudah bertanya langsung padanya soal Vladislav, tapi dia hanya menjawab tidak tahu."

"Memang kalau mereka sama," Firenzigo masih tak mengerti, "kenapa?"

Ryuna, Luciazigo, dan Figlia terdiam. Hanya Isabella yang menjawab, "Kalau mereka orang yang sama,   Kak Lugo akan dibuat Ibu bersama yang baru."

"Masalahnya bukan itu," potong Ryuna, "baik Vladislav ataupun Nathaniel, keduanya mengaku begitu cinta terhadap Lugo. Ibu hanya ingin melihat siapa yang di samping Lugo ulang tahunnya sabtu ini. Sekalipun Vladislav cuti, ini ulang tahun kekasihnya. Jika dia memang suka, dia akan datang. Jika tidak..."

Semuanya terdiam memahami kelanjutan kata-kata Ryuna.