Thursday, 21 June 2012

Twilight

Kaki gadis kecil dengan rambut coklat bergelombang panjang ini berjalan ke arah kakak pertamanya yang sedang menghadap laptop di meja depan ranjang. Menuliskan untuk challenge yang hendak diikuti Ibu. Dia menarik ujung baju kakaknya untuk meminta perhatian, "Kak."

Wajah Asia kakaknya teralih dari layar Laptop. Dia bertanya, "Ya? Kenapa, Fi?"

"Vlad(ku) mau datang sebentar lagi."

Singkat, padat, jelas, adik kecilnya itu mengutarakan tamu akan datang ke rumah mereka ini. Spontan, gadis berparas Asia itu kaget. Sebelumnya tidak pernah pasangan adik-adiknya datang ke rumah mereka. Tapi tidak mungkin adiknya ini bohong sehingga dia menutup laptop lalu memberi perintah pada adiknya itu, "Panggil Firenzigo di dapur suruh ke sini. Setelah Isabella selesai mandi, bantu dia keringkan rambutnya. Liefen, Liefen, ada di belakang sepertinya, suruh ke sini juga."

Tanpa bertanya, si adik segera menuju tempat yang diberitahukan sementara kakaknya ini kebingungan membuka lemari dan berganti pakaian lalu duduk di depan kaca ketika Firenzigo datang sambil membawa piring pasta yang masih dimakannya.

"Kakak manggil?" Tanyanya setelah menelan kunyahan pasta. "Kenapa? Bukannya tadi kakak lagi nulis dan ga mau diganggu?"

"Ganti baju, Go," tanpa melirik si adik dan memakai bedak-lipstik dengan cepat, "Vlad mau datang, kakak saja jadi berhenti nulis."

Hanya pandangan heran yang diberikan, "Vlad? Yang mana kak? Pacar Kak Lugo atau Figlia?"

"Figlia, Figlia," dengan tidak sabar Ryuna menyingkirkan piring pasta Firenzigo, dia menunjuk ke arah wastafel, "Cuci muka, cepet."

Meski masih heran karena belum pernah dilihatnya kakak pertamanya ini tampak tergesa-gesa seperti ini, dia tetap melakukan yang disuruh. Ryuna menaruh piring pasta itu di dapur, dia memanggil, "Bell? Sudah selesai?" ke arah kamar mandi. Dari dalam kamar tak jauh dari sana, terbuka dan menjawab, "Sudah kak, Figlia lagi bantu nyisir."

"Liefen?" Panggilnya. Mencari adiknya. Tidak ada jawaban. Sambil mencari, dia mengecek sekali lagi kondisi ruang tamu dan menyiapkan snack kecil diatas meja tamu. Liefen masih tidak terlihat. Dia pun menuju ruangan istirahat tadi tempat biasanya mereke berkumpul. Barulah dia menemukan Firenzigo sudah bersama Liefen di atas ranjang mengelilingi adik cowoknya yang satu lagi.

"Kak Lugo ga mau bangun, Kak," lapor Liefen. Ryuna menghela nafas, "Ya sudahlah, tidak apa. Jangan dipaksa."

Disaat itu, Isabella dan Figlia masuk. "Semuanya nyambut?" Isabella bertanya. Ryuna menggeleng, "Lugo mungkin tidak. Kita saja. Kapan dia datang. Fi?"

Dan bel rumah pun berbunyi.

"Sudah datang," jawab Figlia. Segera semuanya menuju ruang tamu. Berdiri berderet di belakang Ryuna yang akan membuka pintu. Selain Figlia, semuanya menunjukkan rasa penasaran yang sama begitu pintu dibuka.

"Selamat Datang," serempak mereka ucapkan.

10 comments:

Anonymous said...

Kata Figlia ini rumah yang ditinggali bersama kakak laki-lakinya. Dua kakak laki-laki. Berarti tiga orang. Tapi di depannya ada satu, dua... Lima? Ada empat orang perempuan dan satu laki-laki. Figlia sudah termasuk hitungan.

"Err... halo. Ini benar rumah Figlia Hercegsdottir? Saya Vladimir, teman sekolahnya," sambil berusaha tersenyum yang mungkin terlihat seperti nyengir kesakitan karena dia cuma menarik bibir bagian kanan saja.

ooc: sodaranya banyak ya 8D rame~

RO.FV.LV said...

Figlia yang berdiri paling belakang dan nyaris tertutupi oleh kakak-kakaknya berusaha melihat Vlad yang bertanya pada mereka apa benar ini rumahnya.

"Selamat datang, Vladimir," senyum Ryuna menyambutnya. "Mari, silahkan masuk, Dik."

Kesemuanya masuk ke ruang tamu. Setelah duduk, Ryuna memperkenalkan diri, "Aku kakak pertama Figlia, namaku Ryuna. Dan adikku," ia menunjuk gadis kecil dengan rambut pirang ikal panjang, "Isabella. Di sebelahnya," menunjukkan yang termuda di sana, "Liefen, bungsu di keluarga kami lalu laki-laki yang disana, Firenzigo."

Figlia duduk disamping Vladimir agar ia tidak merasa seperti diintrogasi oleh saudara-saudaranya. Dia melanjutkan perkenalan kakak pertamanya, "Fratello yang satu lagi, Kak Luciazigo, sedang siesta."

Anonymous said...

Meski demikian wanita berambut hitam yang tampaknya paling dewasa di antara mereka mempersilakan ia masuk dengan ramah.

Vladimir sendiri kemudian memilih posisi duduk berseberangan dengan mereka.

Lalu wanita itu memperkenalkan diri sebagai Ryuna, kakak pertama. Anak pertama sepertinya. Memperkenalkan gadis pirang kecil di sebelahnya sebagai Isabella. Yang perempuan berambut cokelat muda Liefen. Satu-satunya laki-laki yang hadir, Firenzigo.

Figlia yang duduk di sebelahnya kemudian bercerita ada seorang kakak lakilaki tapi sedang siesta. "Siesta? Apa itu?"

Meski Figlia duduk di sampingnya, rasa rikuh tidak bisa dihilangkan karena baru pertama kali dia kemari dan langsung disambut seisi keluarga.

"Eh, Gy? Keluargamu cuma ini saja kan termasuk kakak laki-lakimu yang tadi?" tanyanya mencoba mengabaikan pandangan mereka.

RO.FV.LV said...

"Siesta itu tidur siang," jelas Figlia lalu melanjutkan menjawab pertanyaan Vladimir, "Iya, keluargaku cuma 6 orang termasuk aku."

Melihat bocah kecil itu tampak segan, Ryuna kembali tersenyum, mencoba menenangkan "Santai saja, Dik. Jangan terlalu tegang. Sendirian ke sini?"

"Bagaimana Figlia di sekolahnya?" Firenzigo ikut bertanya agar rasa tidak enak teman adiknya itu teralih. Begitu juga dengan Isabella yang berkata, "Bagaimana sihir disana? Kak Ryuna lulusan Hogwarts beberapa tahun lalu."

Lalu diakhiri dengan pertanyaan dari Liefen, "Punya saudara?"

"Dia—" Figlia baru akan menjawab ketika didengarnya suara langkah kaki mendekat ke ruang tamu.

"Kenapa kalian ribut sekali?" Keluhan berasal dari suara pria. Semua mata tertuju ke arahnya. Wajah sedikit kesal bercampur heran yang mereka lihat.

"Kak Luciazigo," seru para adik, termasuk Figlia, bersamaan. Ryuna hanya tersenyum sebelum berkata, "Kemarilah, Luciazigo. Kita kedatangan tamu."

Dan Luciazigo pun duduk di samping Ryuna.

Anonymous said...

Figlia mengiyakan dan menyebut jumlah tepatnya. Enam orang. Itu jumlah yang banyak.

Tak berapa lama satu-persatu anggota keluarga itu memberondongnya denan pertanyaan.

Sendirian? "Iya. Saya datang sendirian ke sini."

Figlia di sekolah? "Err... karena kami jarang satu kelas jadi saya susah menjawabnya. Tapi dia cukup aktif." Itu tadi pertanyaan memeatikan ngomong-ngomong.

Saudara? "Ya, punya," karena tidak ditanya jumlah Vladimir menjawab sekenanya.

Lalu datang seorang pri berambut gelap juga, apa itu biru?, dari dalam. Figlia memanggilnya Kak Luciazigo. Berarti dia yang tidur siang tadi.

Ngomong-ngomong boleh tidak sih dia mengambil camilan di depan sementara yang lain belum tentu lapar?

RO.FV.LV said...

Luciazigo telah mendengar semua jawaban bocah laki-laki teman adik perempuannya ini. Mata birunya memeriksa paras bocah itu dengan teliti. Perangai dan perawakannya memang mirip seseorang. Lalu ia melempar pandangan tanya pada Figlia, "Inikah dia?" untuk memastikan.

Figlia tidak menjawab langsung, tapi beranjak dari duduknya lalu berjalan ke seberang melewati meja tamu yang diatasnya terdapat snack disiapkan Ryuna, mendekati Luciazigo. Dia duduk dipangkuan Luciazigo. Bertatapan sambil mengangguk sebagai tanda "iya", kemudia menoleh ke Vladimir.

"Vlad, Kak Luciazigo adalah anak kedua dan anak laki-laki tertua diantara kami," pipinya dicium Luciazigo menandakan ia yang terdekat dengan Figlia diantara saudaranya. Tentu dia tidak semudah saudara yang lain menerima kehadiran Vladimir.

"Jadi kau yang namanya Vlad?" Lidahnya terasa aneh menyebut nama kekasihnya sendiri untuk memanggil seorang bocah teman adiknya. "Vladimir bukan?"

Figlia mengangguk.

Anonymous said...

"Inikah dia?" tanya kakak Figy yang itu.

Vladimir mendadak merasa tak enak. Bukan karena pertanyaan. Tetapi karena cara memandang kakak itu membuatnya risih. Ditatap dari kepala hingga kaki, diamati lekat seakan dinilai. Pandangan yang berbeda jauh dengan yang diberikan kakak-kakak Figy yang lain.

Tiba-tiba Figlia berpindah tempat dan duduk di pangkuan kakak laki-laki berambut birunya. Rasanya kali ini dia menjadi satu-satunya orang asing di keluarga itu.

"Ya. Saya Vladimir. Meski di asrama kami ada dua Vladimir," katanya agak tercekat karena masih merasa ditatap lekat.

RO.FV.LV said...

Melihat ketegangan semakin menjadi dari reaksi teman adiknya itu begitu Luciazigo bersuara, Ryuna pun mencoba mencairkan suasana dengan, "Sendirian ke sini, pasti capek bukan, Vladimir?"

Gadis Asia ini mendorong cemilan di atas meja sedikit mendekat ke arah tamu kecilnya itu dengan senyum ramah, "Maaf, hanya bisa menghidangkan ini. Silakan dicicipi."

"Kak, di dapur masih ada," celetuk Isabella. Maka Ryuna, "Ah, ambilkanlah kalau begitu."

Isabella beranjak dan itu membuat gadis Asia itu teringat kalau belum ada minuman pelepas dahaga untuk tamu kecilnya. Dia menepuk dahi. "Firenzigo, ikut aku untuk membawakan minuman," pintanya pada adiknya yang satu lalu memohon maaf pada teman Figlia itu, "Aduh, maaf ya Vladimir, tunggu sebentar ya."

Ia pun pergi ke dapur bersama kedua adiknya dan berpesan pada yang tinggal di ruang tamu untuk menemani Vladimir. Begitu di dapur, dia kembali menepuk dahi karena salah memilih orang untuk membantu. Dia mau mencairkan suasana tapi Luciazigo malah yang ditinggal disana.

Sehingga di ruang tamu hanya ada Vladimir dengan Figlia, Liefen, dan Luciazigo.

"Hei, hei," panggil Liefen, dia menatap penasaran dan bertanya riang, "Saudaramu ada berapa? Laki-laki semua? Atau perempuan?"

Anonymous said...

Kakak perempuan Figlia kemudian menanyainya apa Vladimir capek. Dengan segera dia menggeleng. Terlalu fokus pada makanan di depannya.

Seolah membaca pikirannya, Kak Ryuna mempersilakan dia untuk mengambil camilan yang tersaji di atas meja. Tanpa ragu, dia segera mengambil beberapa genggam biskuit sambil mengamati ketiga saudara Figy beranjak menuju dapur. Meninggalkan dia bersama kakak laki-laki Figy yang berambut biru dan saudara perempuannya yang berambut cokelat kemerahan itu.

Figlia memang di sana. Tapi dia duduk dengan laki-laki yang menilai dengan pandangan tajam tadi. Ingin membuat diri merasa nyaman, tapi yang dilihat juga orang yang membuatnya merasa dingin.

Untungnya konsentrasi teralih pada pertanyaan dari saudara perempuan Figlia sehingga dia tak perlu merasa diawasi. Saudara, tanyanya? Jadi, seperti yang diminta ayah, dia akan menjawab, "Ada tiga. Dua perempuan, satu laki-laki. Oh, maaf terbalik. Dua laki-laki, satu perempuan."

RO.FV.LV said...

Temannya ini menerima tawaran cemilan ringan dari kakak pertamanya, terlihat berminat dengan itu membuat Figlia merasa lucu. Entah dorongan apa, Figlia melangkah lagi dan duduk kembali disamping Vladimir. Ada keinginan kuat dihatinya ingin makan makanan yang sama dengan temannya itu dan duduk bersebelahan seperti sekarang.

"Punya adik?" Liefen masih bertanya. "Siapa yang bungsu di keluargamu? Aku bungsu di sini lho."

Dia mengkahiri kalimatnya dengan nada riang yang sama. Berbeda dengan pertanyaan berikutnya yang keluar dari kakak laki-laki tertua mereka, "Bagaimana caramu ke sini?"

Sambil mengambil biskuit yang sama, Figlia menjawab, "Aku yang mengundangnya, Kak." lalu menggigit biskuit tersebut bersamaan dengan Vladimir yang mulai mencicipinya.